PMII CABANG KOTA SALATIGA
|
10:36 AM
|
0
komentar
Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti inilah status facebook Bapak Jokowi ketika terjadi kisruh politik dalam pemerintahnnya. Arti atau makna filosofi Jawa ini kurang lebih yaitu segala bentuk kejahatan, kedholiman, angkara murka, kelicikan akan kalah dengan sikap yang bijak, kelembutan hati.
Terkait kisruh politik yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini yaitu KPK dengan POLRI, serta berbagai pihak di belakangnya. Memang kita harus jeli dan bijak dalam memandang konflik ini. Taruhlah di dunia maya, banyak status, posting yang berisi debat, saling mengejek, gambar ejekan dan sebagainya. Namun kadang sering lupa akan persatuan dan kesatuan, terlebih lagi menyikapi secara bijak dan memberikan solusi bagi permasalahan ini.
Masalah korupsi bukan semata – mata masalah hukum tetapi ini adalah masalah kemanusiaan. Bangsa ini masih penakut.. karena tidak mau bertindak kepada yang salah. Misalnya kasus BLBI, Kasus Century dan kasus – kasus korupsi lainnya. Anehnya di negara kita, orang baik sering dimusuhi. Apabila hal ini masih terjadi secara terus menerus mungkin orang Indonesia lama kelamaan bosan jadi orang baik bahkan tidak mau menjadi orang baik. Orang baik selalu dimusuhi, lucu kan ? Sebagai contoh :
- Presiden pertama Ir. Soekarno dianggap penghianat, lihat Tap MPRS No. 33/MPR/1967.
- Gus Dur dilengserkan padahal secara hukum tidak terbukti bersalah.
Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti
Filosofi Jawa memang banyak mengajarkan manusia untuk lebih arif dan bijaksana. Namun terkadang budaya, tradisi Jawa yang penuh nilai ini sering dirusak oleh beberapa kelompok maupun orang. Ada yang menganggap bid’ah, ada yang menganggap itu “ndeso”, kuno dan sebagainya. Selain itu Jawa sendiri juga dirusak oleh pemerintah kolonial Belanda. Sebagai contoh dengan membuat sejarah palsu, mitos, salah satunya sejarah buatan Belanda yang mereka buat dengan menyuruh orang Pati bernama Ngabdullah tentang penyerangan Demak ke Majapahit, hingga disatu muncul berbagai tokoh, aliran. Misalnya Sabdo Palon Noyo Genggong, Darmo Gandul, atau kata – kata “ Sirna ilang kertaning Bumi”, disitu dikatakan bahwa Majapahit akan bangkit setelah 500 tahun lagi (1478). Padahal yang terjadi tidak demikian Demak tidak pernah menyerang Majapahit, tetapi yang terjadi adalah Giri Wardana yang menyerang. Jangankan kita Presiden Soeharto pun percaya sejarah tersebut hingga pada tahun 1978, beliau mengesahkan aliran kepercayaan.
Kita ini adalah bangsa yang membentuk negara, para founding fathers kita sudah merumuskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai pedoman bernegara. Bernegara tidak hanya untuk 5 tahun, 100 tahun saja tapi selama – lamanya. Bhineka Tunggal Ika adalah pusaka, mari jaga persatuan dan kesatuan. Dan ini harus menjadi laku hidup dalam bernegara sebagai contoh seperti apa yang dilakukan oleh Gus Dur :
- Bapak Soekarno dilengserkan dan disitu ada pertumpahan darah dan korban.
- Bapak Soeharto dilengserkan , terjadi lagi pertumpahan darah korban nyawa.
- KH Abdurahman Wahid / Gus Dur dilengserkan tetapi tidak ada korban dan pertumpahan darah.
Apakah Jiwa Kepahlawanan Semakin Hilang ?
Kebenaran harus selalu kita pegang, namun juga tidak menimbulkan pertumpahan darah apalagi perang yang mengakibatkan terpecahnya persatuan dan kesatuan. Maka disini wawasan kebangsaan dan nasionalisme sangatlah penting. Sejarah di Surabaya sebagai contoh , Hadratus Syeh Hasyim As’ari bersama para Kyai , ulama , santri dan pemuda lainnya ketika Surabaya disuruh menyerah oleh Inggris yang diboncengi Belanda, mereka tidak menyerah. Membela tanah air menjadi wajib , bahkan hampir sama wajibnya dengan sholat. Melalui resolusi Jihad, para pahlawan kita rela berkorban demi Nusantara ini.
Ribut soal politik, kekuasaan, jabatan , uang , inilah yang sering terjadi pada bangsa ini. Dimanakah jiwa kepahlawanan itu ? . Contoh sepele rakyat bekerja membuat meja, namun oleh anggota DPR meja itu ditendang, dirusak hanya karena berdebat soal politik. Apakah yang mereka lakukan itu untuk bangsanya atau untuk kelompok maupun dirinya sendiri ?
Dalam pemerintahan Bapak Jokowi ini, di awal sudah terjadi kisruh politik yang menjadi perhatian rakyat dan juga dunia internasional. Indonesia sudah dikepung dari berbagai arah, arus globalisasi, liberalisasi ekonomi, serta penjajahan gaya baru terus menerus menimpa kita bahkan hingga jiwa dan pikiran kita pun terjajah. Bangkit , bersatu adalah mutlak dibutuhkan untuk melawannya.
Kami berharap bapak Presiden Jokowi secara bijak mampu menyelesaikan kisruh politik yang terjadi dengan bijak. Semoga peradaban bangsa ini menjadi lebih baik.
Category
:
bangsa
,
politik
0 komentar