PMII CABANG KOTA SALATIGA
|
9:28 PM
|
0
komentar
Di Indonesia, sering terjadi konflik oleh kelompok atau orang yang melukai dan mendholimi orang lain, bahkan mengatasnamakan agama tertentu. Meskipun kebebasan memeluk agama dan berkeyakinan sudah jelas diatur dalam Undang Undang, namun tetap saja hal ini terjadi.
Agama dijadikan sebagai alat untuk melanggar hak orang lain, bukan sebagai ajaran atau nilai nilai kehidupan yang dijunjung tinggi. Islam bukan hanya membawa doktrin, teologi, perintah ibadah saja, selain itu juga mendorong kita untuk berilmu pengetahuan, berpendidikan, beradab, berbudaya, bermartabat dan berperikemanusiaan.
Apa itu Manusia ?
Manusia dalam bahasa Arab disebut insan (kata benda ), kata kerjanya "anas" yang berarti harmonik, hangat, mahluk sosial. Allah menciptakan manusia apapun warna kulinya, agamanya, etnisnya, selama menjadi insan, maka amanat yang paling melekat sejak lahir hingga kita meninggalkan dunia ini adalah memperjuangkan tatanan, hubungan antar sesama di muka bumi ini dengan hubungan yang harmonis, saling menghormati, saling menyempurnakan.
Mengapa sering terjadi konflik, dan apa yang menjadikan tidak harmonis ? jawabnya adalah hawa nafsu yaitu kepentingan yang bermacam – macam misalnya kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan, harta, kepentingan aliran, dan lain lain. Semua yang datang dari hawa nafsu inilah yang bertentangan dengan karakter hakiki sebagai insan.
Beragama dengan benar
Surat Al Hajj 57
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu[36] meyakini bahwa (Al Quran) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman[37] dan hati mereka tunduk kepadanya[38]. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman[39] kepada jalan yang lurus “
Jika kita ingin mendapatkan kebenaran (al haq ) maka harus dengan ilmu pengetahuan. Jika kamu ingin bisa bertani ikuti petani, ingin bisa menjahit ikuti tukang jahit, jika kamu ingin beragama yang benar maka ikuti ulama. Memang betul kita harus mengikuti nabi, namun kita tidak bisa langsung mengikuti nabi, maka dari itu ikutilah ulama. Banyak yang tidak dijelaskan Nabi tetapi ulama mampu berperan misalnya
- Al Quran ditulis oleh para penulis, karena Nabi Muhammad tidak bisa menulis. Ubaid bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Syaidina Ali dll.
- Pemberian titik oleh ulama yang bernama Abul Aswad Ad Duali
- Ulama Imam Khalil bin Ahmad al Farohidi memberikan sumbangsih pemberian harakat untuk memudahkan memahami Al Quran
- Sudah diberi titik dan harakat, ulama masih terus berperan untuk memudahkan memahami Al Quran maka Abu Ubaid Qasim Bin Salam membuat Ilmu tajwid.
- Ilmu kalam, Jika kita ingin mengenal Tuhan, kita ingin menyapa, kita ingin memanggilNya maka kita harus mengenal sifat sifat Nya. Yang membuat ilmu ini Washil Bin Atha kemudian disempurnakan oleh Imam Abu Hassan Al-Asy'ari imam Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
- Ilmu Mushthalahul Hadits, Ketika banyak hadist palsu, maka ada seorang ulama Syihabudin Romahur Muzi atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Azis untuk membuat ilmu menyeleksi hadist.
- Ilmu Tafsir, Kita ingin paham Al Quran maka harus ditafsir, ulama pertama kali yang menulis Tafsir yaitu Abu Ja'far Ath-Thabari.
Jika kita ingin memahami Islam dengan utuh maka pertama kita harus mencari di Al Quran, kemudian hadist. Namun jika masih belum paham, maka harus menggunakan akal (akalnya ulama misalnya hanafi,malik,ahmad bin hambal, syafi’i dll). Hasil dari akal ulama bermusyawarah yaitu ijma, jika sendiri sendiri dan tidak melalui musyawarah disebut Qiyas. Bayangkan, jika tidak ada ulama mungkin kita kesulitan memahami Al Quran, Hadist. Banyak sekali jasa ulama yang lain misalnya ilmu nahwu saraf, bhalagah, dll. Itu semua yang membuat ulama, bukan Rasulullah atau para sahabat. Sehingga kita jangan dengan mudah mengatakan bahwa sesuatu yang tidak dilakukan Nabi adalah Bid’ah, bahkan mengatakan bahwa orang lain kafir.
Kekerasan Atas Nama Agama
Di Indonesia banyak sekali kasus kekerasan atas nama agama, bahkan mereka seolah- olah mengambil otoritas Tuhan, mengatakan bahwa orang lain kafir, melakukan tindakan intoleran, tidak menghormati orang lain, mengkampanyekan bahwa seseorang dijadikan musuh Islam dikarenakan beragama Kristen, keturunan tiong hoa dll, menginginkan agama dijadikan sebagai konstitusi, tidak lagi sepakat dengan adanya Pancasila.
Pemahaman yang salah akan Islam akan melahirkan radikalisme. Kita jangan tertipu dengan kelompok atau orang yang mengatasnamakan agama untuk melegalkan tindakan kotornya. Jangan tertipu dengan kelompok yang menggunakan simbol simbol agama. Kita harus cerdas dalam menilai mana itu budaya, nilai , mana itu gerakan politik, dakwah dan lain lain.
Indonesia terdiri dari berbagai etnis, budaya, berbagai pemeluk agama dan lain – lain, namun hingga sekarang Indonesia masih menjadi negara. Hal itu karena Indonesia mempunyai Pancasila serta masih mempunyai banyak ormas yang menjunjung tinggi integritas, misalnya Nahdlatul Ulama (NU). Jauh sebelum Indonesia merdeka NU sudah sangat berperan bagi sejarah perjuangan bangsa ini.
Sejarah telah membuktikan ketika Nabi Muhammad pindah ke Yasrif ( sekarang Madinah ). Beliau menjunjung tinggi nila- nilai universal sehingga lahirlah Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal. Nabi pernah marah ketika ada orang Islam membunuh Yahudi.
“Barangsiapa yang membunuh orang non Muslim, maka ia berhadapan dengan saya. Saya pengacaranya,”
Inilah kecintaan nabi terhadap perikemanusiaan, dan juga salah satu bentuk proteksi beliau terhadap non muslim. Selain itu juga bentuk perjuangan nabi terhadap bangsa yaitu menjadi satu umat yang madani. Islam bukan hanya membawa ajaran , doktrin perintah ibadah tetapi juga mengajarkan nasionalisme. Mari menjaga keutuhan NKRI.
Category
:
artikel
0 komentar