NU dan Petani Tembakau
Temanggung, 22 Desember 2011, puluhan ribu petani tembakau menggelar aksi demonstrasi besar-besaran menolak Rancangan Peraturan Pemerintah Pengendalian Dampak Produk Tembakau (RPP Tembakau). Mereka menuntut pembatalan rancangan undang-undang tersebut karena berpotensi 'membunuh' petani tembakau local.
Menurut ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia(APTI)Jateng, Wisnu Brata mengatakan bahwa ada kepentingan asing yang mengintervensi pemerintah agar 'mematikan' industri rokok local.(SM, 30 Des 2011). Saya sepakat dengan analisa beliau.
Pemerintah bermuka dua. Satu sisi ingin membebaskan jutaan masyarakat, pelajar,ibu hamil dan balita dari pengaruh buruk tembakau namun disisi lain dari tahun ke tahun impor tembakau mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 impor tembakau mencapai 29 ribu ton dan mengalami peningkatan fantastis pada tahun 2011 mencapai 150ribu ton. Lalu buat apa merancang undang-undang anti tembakau segala? Jangan-jangan undang-undang anti tembakau adalah pesanan dari investor asing seperti yang dikatakan oleh Wisnu!
Pemerintah tahu jika cukai tembakau penyumbang devisa negara yang paling besar, bisa mencapai 70 triliun. Namun masalahnya pemerintah tidak mau tahu dengan nasib para petani tembakau. Nasib malang pernah dialami oleh saudara-saudara petani yang lain, petani bawang, petani garam, dan petani kentang semuanya hancur karena kebijakan impor pemerintah yang sembarangan. Petani local diadu dengan barang-barang impor tentu saja akan kewalahan. Saya heran kenapa bisa sampai setega itu, bukannya membela saudara-saudara sebangsa dan setanah air malah justru membela kepentingan asing. Ada apa ini?
Sebagian besar petani tembakau, dan bahkan petani-petani yang lain adalah warga Nahdliyin, maka seharusnyalah NU (Nahdlatul Ulama) memiliki andil yang besar dalam menyelamatkan warganya dari ancaman 'kebijakan' yang akan mematikan jamaahnya. Sampai hari ini, bayak kaum Nahdliyin yang menggantungkan hidup dari bertani, maka melindungi petani sama saja melindungi warga NU.
Saya menduga ada satu konspirasi yang tidak hanya merugikan petani-petani yang ada di Indonesia namun juga memiliki potensi untuk menghancurkan NU. Sebagian besar wilayah pertanian, terutama tembakau, yang ada di Temanggung-Magelang merupakan basis dari kaum Nahdliyin. Saat petani tembakau mengalami keguncangan, maka sudah tentu kegiatan-kegiatan keagamaan yang berlandaskan Islam Aswaja juga mengalami keguncangan. Saya khawatir juga, jika NU gagal mengawal warganya –petani tembakau- maka mereka akan meninggalkan NU karena merasa tidak dibela saat mereka dalam tekanan. Seharusnya NU mampu menjadi pengayom bagi petani.
K.H Said Aqil pernah berfatwa, jika ideology NU merupakan satu jalan tengah dari berbagai ideology dunia yang ada saat ini. NU memiliki potensi besar tidak hanya di Indonesia melainkan di dunia. Karena itulah kemudian 'ada yang iri' lalu bermaksud untuk tidak mengizinkan NU menjadi besar dan mendunia. Menghancurkan NU menjadi satu opsi penting dalam rangka mengamankan kepentingan mereka. Salah satu cara untuk menghancurkan NU dengan membunuh potensi-potensi ekonomi warganya, seperti dalam pertanian khususnya tembakau. Padahal banyak petani tembakau menjadi kunci dari penyandang dana kegiatan-kegiatan NU, seperti istighozah, pengajian, mujahadahan dan banyak yang lainnya.
Ada tiga hal penting yaang dibutuhkan organisasi ketika dia ingin tetap eksis. Ketiga hal itu adalah pengetahuan/ideology, kebijakan, dan modal/ekonomi. NU telah memiliki ideology khas yang menjadi corak dalam laku keorganisasian maupun kultuiralnya. Namun NU lemah dalam mengawal kebijakan lalu akhirnya berimbas pada tatanan ekonomi warganya. Kalaupun ada warga Nahdliyin yang sukses dan menjadi saudagar besar, itu bukan dari pengawalan kebijakan dan 'advokasi' ekonomi yang dilakukan NU, namun lebih pada kemampuan personalnya.
Sudah saatnya NU memunculkan keberaniannya dalam melawan arus 'kebijakan' dalam rangka melindungi kepentigan warganya. Hal ini sebagai wujud advokasi ekonomi dalam menciptakan tatanan ekonomi yang mantap bagi warga Nahdliyin. Hal ini penting untuk memberikan sikap keberfihakan yang jelas; bahwa NU melindungi warganya.
Saya yakin, biarpun tidak melalui satu sikap organisasi structural, namun banyak orang-orang NU yang menjadi motor penggerak dari advokasi ekonomi saudara-saudara petani tembakau. Namun hal ini belumlah cukup, sangat dibutuhkan satu 'statement' sikap yang mewakili NU secara kelembagaan formil. Biar dunia membaca jika NU memang pantas diperhituingkan sebagai organisasi yang besar dan mendunia. Maka sikap yang harus dimunculkan tentu saja sikap yang besar. Sebuah organisasi besar akan tampak kecil jika tidak pernah melakukan keberanian-keberanian besar dalam merumuskan sikap keorganisasiannya; NU organisasi besar dan selayaknya melakukan langkah yang besar. Sekiranya bisa dimulai dengan mengadvokasi petani-petani tembakau di Temanggung-Magelang.
Anas Maulana: seorang kader muda NU, sekarang menjabat sebagai ketua PC IPNU Kab. Semarang
Category : ahmadinejad , wacana
0 komentar